Jumat, 18 Juli 2008

Jangan Lacurkan Idealisme Kami

Oleh: Syahrial Nasution

Syahrial_nasution@yahoo.com



Kehadiran Indonesia Monitor adalah sebuah tekad. Tekad dari sekumpulan

jurnalis muda yang merasa bahwa idealisme semestinya masih memiliki tempat di hati publik. Sebab, kondisi kesulitan sosial-ekonomi yang dialami masyarakat saat ini memang memungkinkan kita untuk mencari sisi-sisi dimana generasi muda yang ada harus berpikir tentang keberhasilan di masa depan.

Berangkat dari perjuangan para pendiri bangsa sejak satu abad lampau, kami mencoba merenungkan apa sesungguhnya yang salah dengan sejarah negeri ini, sehingga kondisi bangsa tak kunjung lepas dari keterpurukan. Tonggak kemerdekan pasca ikrar Proklamasi yang dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta 63 tahun silam, mestinya merupakan sebuah titik mula bagi bangkitnya negara bernama Indonesia. Namun, semangat dan cita-cita yang disematkan para founding fathers yakni, menuju masyarakat yang adil dan makmur hingga kini rasanya tak pernah bersemayam.

Karena itu, kami para jurnalis muda yang pernah berkiprah dari berbagai media merasa tertantang untuk coba mengambil sisi idealisme dalam menjalankan profesi jurnalistik. Dengan slogan Lebih Jelas Lebih Tegas, kami mencoba menyajikan kepada masyarakat bahwa kita tidak boleh diperbudak oleh harapan. Sebab, harapan itu sesungguhnya harus diraih dan diperjuangkan. Sehingga, muncullah sebuah gagasan untuk mendirikan tabloid Indonesia Monitor sebagai sebuah wadah penyaluran idealisme, pengembangan kreasi, dan arena pendidikan bagi masyarakat. Sehingga ke depan akan kami jadikan media ini sebagai one stop shopping politics in Indonesia.

Dengan mengambil porsi 80 persen informasi politik, tabloid Indonesia Monitor akan menyajikan sejumlah informasi yang penting, perlu dan menjadi alat kontrol sosial terhadap kebijakan-kebijakan publik yang dikeluarkan pemerintah. Sebab, proses politik yang ada sejak dimulainya rezim Orde Lama, Orde Baru, hingga Orde Reformasi, toh tak kunjung mampu mengarah pada cita-cita para founding fathers.

Semoga langkah kami mendapatkan dukungan dari masyarakat dan jangan giring kami terhadap tindakan-tindakan yang dapat melacurkan idealisme. Justru, berikanlah kami kesempatan untuk berbuat dan melaksanakan apa yang kami cita-citakan untuk Republik ini.

Dengan mengambil Hari Dekrit sebagai langkah awal untuk kembali, kami pun menempatkan tema Kembali ke Akal Sehat sebagai pertanda dimulainya babak baru mengembalikan arah politik negeri ini sesuai cita-cita founding fathers.(*)



*) Penulis adalah wartawan senior. Tulisan ini disampaikan pada edisi ke-2 tabloid Indonesia Monitor 9-15 Juli 2008

Tidak ada komentar: